Berbagi Kisah Mahasiswa Palestina dengan siswa siswi SD Muhammadiyah 26.

sdmuh26sby.sch.id-Serangan yang terus berdatangan dari Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat, Palestina, telah menewaskan ribuan orang muslim. Dalam keterangan Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan bahwa total korban tewas mencapai 1.448 jiwa, 447 di antaranya adalah anak-anak.

Dalam kesempatan yang tidak akan datang kedua kali, mahasiswa yang berasal dari Palestina datang ke sekolah SD Muhammadiyah 26. Sondos Jehad Shnewra adalah mahasiswa semester satu asal Gaza Palestina yang sedang menempuh studi Pascasarjana jurusan bahasa Indonesia di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) lewat bantuan beasiswa Lazismu Jatim.

Sondos lahir dan tumbuh menjadi anak yang dibesarkan di Gaza Palestina. (19/10/23).Di tengah tragedi Palestina yang terjadi saat ini, dia mengaku cemas dan khawatir dengan kondisi orang tuanya yang tinggal di Gaza. Dia juga mengatakan bahwa situasi yang sulit dirasakan warga Gaza, dimana di sana tidak ada listrik, tidak ada air, dan sulit untuk kita berkomunikasi.

Sandos bercerita bahwa tragedi di Palestina tak hanya rakyat sipil dewasa yang menjadi korban, namun ratusan anak-anak dan perempuan meninggal dunia akibat kotanya dibombardir Israel. Rumah-rumah hancur, rumah sakit juga tempat sekolah. “Sekolah bukan difungsikan sebagai tempat belajar melainkan tempat untuk berlindung, rumah sakit pun bukan tempat yang aman bagi warga Gaza.” ungkap Sondos.”

Apakah anak-anak di Palestina merasa takut dengan keadaan perang yang terjadi di Gaza?” tanya Yazid salah satu siswa kelas V.

“Mereka sudah tertanam rasa keberanian, anak – anak menjadi lebih kuat dan tegar karena para orang tua sudah memberikan nasehat, jikalau mereka gugur dalam keadaan perang seperti ini, mereka akan bertemu kembali di syurga Allah SWT” ungkap Sondos.

Sondos berharap akan datang hari di mana negaranya terbebas dari ancaman dan tawanan musuh. Ia ingin masyarakat Gaza bisa menjalani hari-hari yang damai dan tentram. Tak dipungkiri, saat ini ia merasa sedih dan meminta doa kepada masyarakat Indonesia.

Dia juga berharap agar suatu hari nanti semua anak-anak M26 datang ke Yerussalem dan dapat sholat di masjid al aqsa setelah perang berakhir silahkan berkunjung ke rumah, akan disambut dengan penuh kehangatan di Palestina.

Setelah Sandos berbagi kisah pilu yang terjadi di Gaza, seluruh siswa siswi SD Muhammadiyah menggelar donasi sebagai bentuk kepedulian terhadap perang yang terjadi Gaza. “Harapan kita semua di masa mendaang perdamaian dan ketertiban bisa segera terwujud di seluruh dunia. Sehingga semua masyarakat dunia bisa hidup secara normal dan berdampingan secara damai sudah tidak ada lagi peperangan, anak-anak bisa bersekolah kembali. Terima kasih kepada Sandos yang telah menceritakan situasi yang terjadi di Gaza. Semoga kita semua diberikan perlindungan oleh Allah SWT” tutur Ustadzah Yunita Kepala Sekolah M26. (DKa)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *